Showing posts with label Arsitektur Ramah Lingkungan. Show all posts
Showing posts with label Arsitektur Ramah Lingkungan. Show all posts

Friday, December 21, 2012

ENVIRONMENTAL SCIENCE

PENGERTIAN ILMU LINGKUNGAN


“Ilmu lingkungan adalah ilmu inter-disipliner untuk mengukur dan menilai perubahan dan dampak kegiatan manusia terhadap ekosistem, sedemikian rupa sehingga manusia dapat mengelola ekosistem tersebut demi kelulushidupan (survival-nya) sendiri”. (Johnson 1977)
sumber : Departemen Biologi ITB


Environmental Science provides an integrated, quantitative, and interdisciplinary approach to the study of environmental systems.  
sumber : Iowa State University
Terjemahan 
Ilmu Lingkungan menyediakan pendekatan yang terpadu, kuantitatif dan interdisipliner untuk mempelajari sistem lingkungan.


“ilmu lingkungan adalah bagaimana cara manusia seharusnya menempatkan diri dalam lingkungan yang mendukung kesinambungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya.”
sumber : Yahoo Answers


Environmental science is a field that covers both the physical science of physics, chemistry, biology, geology, geography, resource technology and engineering and social science of resource management and conversation, demography, economics, politics and ethics (Miller, 1994). It encompasses the surrounding conditions that affect man and other organisms. Natural and human resources are interdependent, and the use or misuse of one affects the other.
sumber : wikipedia
Terjemahan
Ilmu Lingkungan adalah bidang yang mencakup keduanya yaitu ilmu fisika; baik fisika, kimia, biologi, geologi, geografi, sumberdaya teknologi dan rekayasa dan ilmu sosial; baik sumberdaya manajemen dan percakapan, demografi, ekonomi, politik dan etika (Miller, 1994). Ini meliputi kondisi sekitarnya yang mempengaruhi manusia dan organisme lain. Alam dan sumber daya manusia yang saling tergantung, dan penggunaan atau penyalahgunaan dari satu mempengaruhi yang lain.


Ilmu lingkungan mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari hubungan antara jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya. Di dalamnya berbagai disiplin ilmu seperti sosiologi, epidemiologi, kesehatan masyarakat, planologi, geografi, ekonomi, meteorologi, hidrologi, bahkan pertanian, kehutanan, perikanan, dan peternakan sekaligus dipandang dalam suatu ruang lingkup serta perspektif yang luas dan saling berkaitan. Ilmu lingkungan dapat diibaratkan sebuah poros, tempat berbagai asas dan konsep aneka ragam ilmu yang terpencar dan terkhususkan dapat digabungkan kembali secara tunjang-menunjang, untuk mengatasi masalah yang menyangkut hubungan antara jasad hidup dengan lingkungannya.
sumber : Departemen Geofisika dan Meteorologi ITB


KESIMPULAN :

Ilmu lingkungan mencakup berbagai ilmu dan bidang dengan pendekatan interdisipliner, untuk mengetahui bagaimana manusia menempatkan diri dalam lingkungan terhadap makhluk hidup lainnya.


Monday, November 02, 2009

DESAIN HUNIAN SEMENTARA KORBAN GEMPA DI PADANG DENGAN KONSEP GREEN BUILDING

Sebuah kawasan yang baru saja terkena bencana alam seperti di Padang, membutuhkan hunian sementara bagi para korban yang kehilangan rumah tinggalnya. Maka dari itu, dibutuhkan desain hunian sementara yang dapat digunakan secepatnya agar para korban dapat segera berlindung. Untuk itu, dibutuhkan desain rancangan hunian sementara yang cepat bangun, mudah dalam pelaksanaan dan tentu saja ramah lingkungan.


Konsep Bangunan

  • Konstruksi bangunan menggunakan sistem knock-down. Keuntungan sistem ini antara lain:
    • Mudah dibongkar pasang sesuai kebutuhan
    • Menghemat waktu dalam perakitan karena konstruksi pembangunan cepat
    • Setelah tidak digunakan lagi, pembongkaran juga mudah, tidak membutuhkan banyak waktu dan tenaga
    • Lingkungan pembangunan cukup bersih
    • Mudah dalam distribusi bahan bangunan
    • Bahan yang ramah lingkungan
Contoh konstruksi sistem knock-down

sumber: Presentasi Model Rumah Prefabrikasi oleh Departemen Pekerjaan Umum

  • Struktur menggunakan sistem grid 3x3 m sebanyak dua buah sehingga luasan bangunan 18 m2, struktur utama menggunakan kayu ukuran 12x15 cm
  • Dari grid tersebut dibagi lagi dengan rangka-rangka yang lebih kecil untuk memasang penutup fasad menggunakan lembaran kayu, kaca untuk jendela, lantai kayu dan daun pintu


  • Hanya ada satu ruangan pada bangunan ini, yang dapat diberi sekat apabila dibutuhkan
  • untuk bahan penutup atap menggunakan Onduline, dengan beberapa keunggulan seperti:
    • Mudah dalam distribusi dan pemasangan, ringan dan tidak mudah rusak sehingga meminimalisir biaya yang dikeluarkan
    • Mudah dibentuk, dipotong dan dipasang sehingga fleksibel
    • Penyerapan panas dan suara tingkat tinggi
    •  Aman dan ramah lingkungan karena tidak mengandung asbes sama sekali

  • Untuk pencahayaan malam apabila dibutuhkan, menggunakan produk dari Sundaya yaitu lampu ulitium. Kelebihan dari lampu ini antara lain:
    • Menggunakan energi matahari dengan solar panel
    • Energi disimpan pada baterai lithium Ion yang berada pada masing-masing lampu
    • Menggunakan lampu LED yang sangat rendah konsumsi energinya



Desain Bangunan





Friday, October 23, 2009

INTISARI BUKU 'SUSTAINABLE ARCHITECTURE'

1
PENDAHULUAN
Paradoks Arsitektur Berkelanjutan
Simon Guy dan Steven A. Moore

Deskripsi singkat:
Pada bab ini berisi tentang pengantar dan penjelasan yang mencakup seluruh isi buku mulai dari bagian A ‘Pemodelan Desain’, bagian B ‘Menanggapi Desain’, bagian C ‘Persaingan Desain’, bagian D ‘Alternatif Desain’ dan kesimpulan. Pada bab ini juga menjelaskan tentang arsitektur keberlanjutan dan pendapat-pendapat serta pertentangan-pertentangan dari beberapa tokoh, baik dari sudut pandang arsitektur, sosial, ekologi, antropologi, dan teknologi.

Ilustrasi masing-masing sub-bab:
  • Paradoks Arsitektur Hijau : Bagian ini berisi tentang argumen-argumen tentang arsitektur hijau dari beberapa tokoh, misalkan Edward dan Hyett yang berargumen bahwa sebagian besar dari mendesain keberlanjutan dilakukan dengan konservasi energi; Deyan Sudjic yang berpendapat bahwa mendesain bangunan yang benar-benar hijau masih tetap jauh dari ilmu pasti dan kita menentukannya dari penampilan; dan beberapa argumen lain.
  • Eksplorasi Pengetahuan Lingkungan : Pada bagian ini juga berisi pendapat-pendapat para tokoh tentang keberlanjutan, dilihat dari sudut pandang ilmu lingkungan. Berbagai hal yang menyangkut ilmu lingkungan dijabarkan disini, seperti pendapat dari John Dryzek yang berargumen bahwa ‘masalah bahasa, cara kita membangun, menafsirkan, membahas, dan menganalisa masalah lingkungan memiliki berbagai macam konsekuensi.
  • Teknologi Masa Depan, Masa Depan Lingkungan : Bagian ini menceritakan tentang pendekatan dari buku ini yaitu memperlakukan teknologi seperti pengertian tentang keberlanjutan itu sendiri - sebagai konsep fundamental untuk diperdebatkan dan untuk mencari pentingnya konteks sosial untuk pembentukan inovasi lingkungan, serta menyambung kembali isu perubahan teknologi dengan konteks sosial dan budaya dalam perubahan yang terjadi.
  • Penggabungan dan keterlibatan Menuju Praktek Kritis Arsitektur Berkelanjutan : Bagian ini menceritakan bagaimana para penulis berkumpul dan terlibat dalam refleksi arsitektur berkelanjutan. Disini juga diterangkan bagian-bagian pada buku ini mulai dari bagian A hingga kesimpulan dengan deskripsi singkat mengenai masing-masing bagian tersebut, serta menerangkan bahwa pada masing-masing bab memiliki cerita-cerita yang berbeda  tentang arsitektur berkelanjutan.

2
LINGKUNGAN HIBRID
Ruang Desain Berkelanjutan
Graham Farmer dan Simon Guy

Deskripsi singkat: 
Pada bab ini menjelaskan bahwa ada tiga contoh bangunan yang diamati di sini. Masing-masing dari tiga bangunan ini, mewakili respon desain terhadap tiga hal yang sangat khusus pada konteks fisik dan pembangunan. Demikian pula, masing-masing mewujudkan berbagai inovasi lingkungan yang membuat kontribusi khas bagi perkembangan masa depan yang lebih berkelanjutan.

Ilustrasi masing-masing sub-bab:
  • Memodelkan Desain Keberlanjutan : Bagian ini menjelaskan bahwa terdapat dua model yang digunakan dalam memahami desain keberlanjutan, namun juga terdapat keterbatasan bila diterapkan pada bangunan sebenarnya. Model pertama yaitu model yang cenderung melihat keanekaragaman strategi desain sebagai pengganggu kebutuhan untuk menyusun, membandingkan, dan data terukur yang berkaitan dengan masalah-masalah fisik seperti perubahan iklim. Model kedua menyoroti keragaman pada perdebatan dan perbedaan pendekatan untuk keberlanjutan dan menggabungkannya dengan berbagai nilai-nilai yang saling bertentangan.
  • Merancang Masa Depan yang Berkelanjutan : Bagian ini menjelaskan ketiga bangunan yang diamati yaitu Groundwork Trust Eco-Centre di Tyneside Selatan, the Solar Office di Doxford Business Park di Sunderland dan the Central Square office development di Newcastle. Dipilih berdasarkan jenis bangunan yang sama dalam konteks daerah yang sama: masing-masing adalah bangunan kantor komersial di bagian timur laut Inggris.
  • Kinerja Bangunan : Bagian ini menjelaskan bahwa Kinerja fisik telah menjadi isu global dalam beberapa model kontemporer arsitektur berkelanjutan. Hasil utama fokus global ini untuk kesinambungan dalam hal produksi bangunan telah menjadi penekanan yang berlanjut pada peningkatan kinerja fisik pada umumnya dan efisien dalam penggunaan energi pada khususnya.
  • Mereview Bangunan : Bagian ini berisi tentang sejumlah fitur-fitur yang diunggulkan pada masing-masing ketiga bangunan. Groundwork menghasilkan sendiri daya dari turbin angin 80 kW on-site; sebuah pompa panas menyediakan sumber yang efisien untuk pemanasan dan pendinginan, dan penggunaan energi diminimalkan melalui insulasi tingkat tinggi. Solar Office Doxford menghasilkan kekuatannya sendiri melalui penggabungan dari 'integrasi fotovoltaik fasad' terbesar di Eropa, serta memungkinkan menggunakan pencahayaan dan penghawaan alami. Central Square office development memiliki lantai yang tinggi dan termal massa dari konstruksi awalnya telah digunakan sebagai bagian dari strategi bangunan rendah energi.
  • Dekonstruksi Kinerja : Bagian ini menjelaskan walaupun masing-masing bangunan dapat dinilai sebagai energi efisien yang potensial, ini pasti akan tergantung pada bagaimana mereka digunakan sepanjang umur bangunan tersebut. Meskipun bangunan telah mencapai rating yang sangat baik, secara keseluruhan kinerja akan sangat bergantung pada pilihan penyewa pada instalasi pelayanan bangunan dan cara bagaimana mereka memilih untuk menggunakan bangunan.
  • Ideologi Bangunan : Bagian ini menjelaskan bahwa Beberapa penulis lain telah mengembangkan model-model ideologi atau sistem klasifikasi untuk menjelaskan perbedaan pendekatan yang jelas dalam perdebatan desain berkelanjutan. Meskipun beragam, perbedaan model-model ini memberikan titik awal yang sama dimana mereka cenderung untuk mengenali perdebatan sifat dalam konsep keberlanjutan maupun kebutuhan untuk mencakup nilai-nilai yang berbeda dari orang-orang yang terlibat dalam proses desain ketika memahami bangunan.
  • Beyond Ideologi : Bagian menjelaskan bahwa setiap bangunan benar-benar memanfaatkan campuran teknologi tinggi dan rendah dan sumber material secara lokal dan global, dan dalam masing-masing kinerja berbeda menurut sejumlah isu. Disarankan bahwa meskipun model ideologis ini dapat memberikan kita beberapa alat analisis yang berguna ketika menafsirkan persaingan konsep desain, mereka juga memiliki keterbatasan ketika diterapkan pada bangunan yang sebenarnya.
  • Bangunan Hibrid : Bagian ini menerangkan bahwa setelah menyoroti konsep desain hybrid, mungkin saja tepat mengapa kita berpikir konsep, mungkin berguna dalam membantu kita untuk memahami arsitektur berkelanjutan secara umum atau bangunan pada khususnya. Jika kesinambungan itu adalah tentang negosiasi berbagai pilihan maka kita harus memulai untuk melihat bangunan hibrida, praktek material arsitektur hijau, sebagai kesinambungan dalam pembuatannya.
Kesimpulan
Persaingan Jalur Arsitektur Berkelanjutan : Kesimpulan yang dapat diambil antara lain adalah tujuan bab ini untuk mengeksplorasi peran bahwa model yang universal mungkin dapat membantu kita untuk memahami keragaman praktek arsitektur berkelanjutan. Jika kita serius ingin mempromosikan bangunan hijau, kita perlu mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap dari sosial yang kompleks dan proses teknis yang mendukung pengembangan dari perbedaan pandangan-pandangan pada desain lingkungan.

Saturday, October 17, 2009

RESUME BUKU 'SUSTAINABLE ARCHITECTURE'





Sustainable Architecture
Cultures and Natures in Europe and North America
Edited by Simon Guy and Steven A. Moore








1. PENDAHULUAN
Paradoks Arsitektur Berkelanjutan
Simon Guy dan Steven A. Moore



Buku ini memanfaatkan sejumlah konsep kontras tentang kemungkinan-kemungkinan apa itu arsitektur berkelanjutan, yaitu, terlihat seperti apa, di mana terletak, teknologi apa yang digunakan, dibangun dari bahan apa dan sebagainya. Banyak keragaman tanggapan yang membingungkan dari beberapa tokoh, seperti:
  • James Wines yang sudah putus asa menyatakan, sebagian besar profesi arsitektur tetap tidak menyadari besarnya serangan dari pihak yang tidak bertanggung jawab terhadap tanah dan sumber daya, sementara praktik arsitektur kontemporer cenderung membingungkan bukan memperkuat citra arsitektur ramah lingkungan
  • Seorang arsitek Harry Gordon yang tidak setuju menyatakan bahwa sekarang justru desain berkelanjutan sedang mainstream
Dari contoh kasus tersebut, kemudian dikemukakan bahwa kita memang perlu revolusi atau reformasi, mengembangkan definisi yang jelas atau pembakuan, mengeksplorasi keragaman perdebatan tentang arsitektur berkelanjutan. Dengan menjelajahi arsitektur berkelanjutan dalam bentuk jamak, seperti yang bersaing tentang interpretasi masa depan lingkungan kita, kita dapat mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan baru dan mungkin memperkenalkan beberapa pemikiran segar tentang desain berkelanjutan.

Contoh salah satu pendapat, Geertz berpendapat bahwa untuk memahami hubungan yang kompleks antara pengetahuan, tindakan dan budaya lokal membutuhkan menggantikan 'deskripsi tipis' yang fokus pada empiris sempit dengan 'deskripsi tebal', eksplorasi dan penjelasan dari konteks lokal yang terlihat di sebuah "banyaknya konseptual cerita yang kompleks, banyak dari mereka ditumpangkan atau diikat menjadi satu sama lain, yang sekaligus aneh, tidak biasa, yg tak dpt dipahami '(Geertz, 1973: 10). Ini adalah cara-cara 'aneh, tidak biasa, yg tak dpt dipahami' ,baik di mana orang menafsirkan alam dan membuat dan menghuni gedung-gedung, dan bagaimana bersaing mencerminkan pendekatan budaya orang-orang yang terlibat dalam proses ini tentang arsitektur itu dibuat, yang merupakan fokus buku ini.

Dengan bersama-sama mengumpulkan penelitian tentang arsitektur yang berkelanjutan dari seluruh Eropa dan Utara Amerika, koleksi ini bertujuan untuk mengkaji cara-cara alternatif ini untuk melihat dan dalam melakukannya, belajar tentang ‘co-construction’ mengenai lingkungan dan arsitektur.


Paradoks Arsitektur Hijau

Dirangsang oleh meningkatnya kelangkaan sumber daya, perdebatan tentang perubahan iklim dan ancaman sindrom bangunan yang ‘sakit’, arsitek telah mempromosikan keprihatinan ekologis. Mereka terfokus pada hal mengurangi intensitas energi bangunan melalui penggunaan isolasi bahan, pencahayaan hemat energi dan ventilasi alami, dan telah berusaha untuk menjauhkan diri dari yang tidak dapat diperbaharui dan bahan-bahan beracun berbahaya.
Beberapa pandangan populer menerjemahkan arsitektur berkelanjutan kira-kira identik dengan efisiensi energi. Tentu saja, banyak penulis yang telah mendekati tantangan kesinambungan hanya seperti sikap 'can do' saja. Di Britania Raya, Brian Edwards dan Paul Hyett telah menulis Rough Guide to Sustainability, diterbitkan oleh Royal Institute of British Architects (RIBA), yang menghubungkan definisi keberlanjutan seperti 'sejumlah kongres dunia yang penting' melalui apa yang kita pelajari apa arti menjadi berkelanjutan (Edwards dan Hyett 2001: 1). Berdasarkan pada sumber-sumber ini, Edwards dan Hyett berpendapat bahwa 'sebagian besar dari mendesain keberlanjutan dilakukan dengan dengan konservasi energi ', sementara, juga mengakui bahwa itu juga tentang' menciptakan ruang yang sehat, ekonomis dan peka terhadap kebutuhan lokal '. Pendapat lain, Deyan Sudjic, berargumentasi dari perspektif lain, menyatakan bahwa:
Merancang bangunan yang benar-benar masih hijau, masih jauh dari ilmu pasti, dan kita menentukan dari penampilan. Kita berasumsi bahwa itu bangunan hijau jika bangunan tersebut terlihat buatan tangan dan dibangun dari 'material alami'. (Sudjic 1996: 7)
Untuk Sudjic, dan editor buku ini, ‘the black box’ dari desain ekologis berisi paradoks bukan kepastian. Jadi, kita sekarang memiliki sebuah situasi di mana seluruh variasi dari inovasi lingkungan, telah menuju pada perdebatan tentang ' pembangunan berkelanjutan'.


Eksplorasi Pengetahuan Lingkungan

Berpaling dari penelitian untuk menemukan definisi universal dari keberlanjutan atau bentuk standar dari praktek desain terbaik, kita harus menemukan cara yang berbeda ke depan. Untuk memprosesnya, kita harus menggunakan cara yang lebih luas dan memulai untuk menghubungkan debat arsitektur pada teori dan praktek dalam kemanusiaan dan pengetahuan sosial. Melalui beberapa argumen-argumen, Inilah konsekuensi bahwa masing-masing bab mengeksplorasi secara rinci dan dari mana kita memulai untuk mengakui keragaman cerita yang menceritakan tentang arsitektur berkelanjutan hari ini.


Teknologi Masa Depan, Masa depan Lingkungan

Secara keseluruhan, kontribusi untuk buku ini menyajikan kritik penelitian-penelitian lama pada dampak lingkungan dalam bangunan dan garis besar dari tantangan metodologis yang dihadapi agenda baru penelitian lingkungan. Harapannya adalah dengan membaca seluruhnya dan antar bab kita dapat memulai lebih jelas untuk mengidentifikasi hubungan antara konsep yang bersaing pada masalah lingkungan dan sosial dan proses-proses teknis yang membingkai desain bangunan. Pendekatan dari buku ini kemudian, untuk memperlakukan teknologi seperti pengertian tentang keberlanjutan itu sendiri - sebagai konsep fundamental untuk diperdebatkan dan untuk mencari pentingnya konteks sosial untuk pembentukan inovasi lingkungan.

Singkatnya, sementara para editor mengakui bagaimana teknisnya, pendekatan performatif untuk mengerti desain lingkungan telah membawa manfaat yang tak diragukan dalam hal menyoroti isu efisiensi energi pada bangunan, tujuan buku ini adalah untuk merevisi secara mendasar fokus dan lingkup perdebatan tentang arsitektur berkelanjutan dan untuk menyambung kembali isu perubahan teknologi dengan konteks sosial dan budaya dalam perubahan yang terjadi. Untuk menjadi jelas, ini bukan permohonan untuk menghilangkan lebih banyak lagi tanggung jawab arsitek dan membuat itu pada ilmuwan sosial seperti kelompok lain dalam daftar panjang konsultan untuk memecahkan masalah eksternal dalam merancang.


Penggabungan dan Keterlibatan
Menuju praktek kritis arsitektur berkelanjutan

Para penulis yang berkumpul di sini adalah semua yang terlibat dalam refleksi kolaboratif tentang arsitektur berkelanjutan, yaitu dengan memilih bagaimana kita ingin hidup - dengan dan di alam - dalam rangka untuk mempertahankan kehidupan ke masa depan. Masing-masing bab memiliki hal-hal yang ingin dikatakan tentang berbagai isu dan masalah ini, dan kita bisa mengatakan cerita yang berbeda tentang arsitektur berkelanjutan dengan penataan kembali bab-bab dengan cara yang berbeda. Setiap bagian bertema dimulai dengan paragraf yang memperkenalkan bab-bab di bagian itu, menyoroti beberapa tema kunci dan membiarkan pembaca untuk mengikuti perkembangan argumen.

Kita mulai dalam Bagian A, 'Pemodelan desain', dengan mengidentifikasi dan mengkritik dorongan konvensional pada model, mengukur dan standarisasi pendekatan pada arsitektur berkelanjutan. Pada Bagian B, 'Menanggapi desain', kita menjelajahi bagaimana konteks desain dan pembangunan membuat perbedaan pada bentuk arsitektur. Dalam Bagian C, 'Persaingan desain', kita meneliti beberapa ketegangan antara wacana lingkungan yang berbeda dan bagaimana ini berbenturan, bersaing dan berbaur untuk menghasilkan bentuk-bentuk arsitektur yang berkelanjutan. Dalam Bagian D, 'Alternatif desain', kita menelusuri melalui beberapa persaingan lintasan dalam desain. Akhirnya, dalam bab kesimpulan kita meninjau apa semua kisah-kisah ini telah memberitahukan kita tentang arsitektur berkelanjutan dan tantangan apalagi di depan.

Kita harap buku ini membuat kontribusi untuk agenda yang lebih luas ini tentang keberlanjutan dan, lebih khusus lagi, untuk yang lebih kritis, keterlibatan dan pendekatan interdisiplin pada arsitektur berkelanjutan.

----------------------------------------------------------------------------------



2. LINGKUNGAN HIBRID 
Ruang Desain Berkelanjutan
Graham Farmer dan Simon Guy


Farmer dan Guy berpendapat bahwa tampak kurang jelas faktor apa yang mungkin mendefinisikan atau merupakan bangunan hijau. Mereka menyoroti beberapa keterbatasan kinerja dan interpretasi ideologis arsitektur berkelanjutan dengan mengeksplorasi perkembangan tiga bangunan baru di timur laut Inggris. Masing-masing dari tiga bangunan yang mereka memeriksa, mewakili respon desain terhadap tiga hal yang sangat khusus pada konteks fisik dan pembangunan. Demikian pula, masing-masing mewujudkan berbagai inovasi lingkungan yang membuat kontribusi khas bagi perkembangan masa depan yang lebih berkelanjutan.


Memodelkan Desain Keberlanjutan

Salah satu tanggapan yang paling umum untuk menangani keragaman strategi di pembuatan kebijakan lingkungan dan penelitian telah mencoba untuk memenuhinya melalui pengembangan dari perbandingan model-model yang bertujuan untuk menafsirkan dan menilai bangunan-bangunan berkelanjutan berdasarkan atribut lingkungan mereka. Biasanya, model ini cenderung untuk jatuh ke dalam dua kategori besar. Pertama, dan yang paling umum, adalah model-model yang cenderung melihat keberadaan dari keanekaragaman strategi desain sebagai pengganggu kebutuhan untuk menyusun, membandingkan, dan data terukur yang berkaitan dengan masalah-masalah fisik seperti perubahan iklim. Model konsensual ini cenderung pada atribut keberlanjutan sebuah bangunan ke korelasinya dengan satu set kriteria kinerja yang telah ditetapkan seperti efisiensi energi. Sebaliknya, kelompok model kedua menyoroti keragaman nyata pada perdebatan dan perbedaan pendekatan untuk keberlanjutan dan menggabungkannya dengan berbagai nilai-nilai yang saling bertentangan, ideologi atau asumsi filosofis yang dipegang oleh orang-aktor yang terlibat dalam desain berkelanjutan bangunan.


Merancang Masa Depan yang Berkelanjutan

Ketiga bangunan yang telah dipilih untuk disorot adalah Groundwork Trust Eco-Centre di Tyneside Selatan, the Solar Office di Doxford Business Park di Sunderland dan the Central Square office development di Newcastle. Dipilih berdasarkan jenis bangunan yang sama dalam konteks daerah yang sama: masing-masing adalah bangunan kantor komersial di bagian timur laut Inggris. Sebelum membahas tiga bangunan penting untuk membuat dua poin. Pertama, dalam menyoroti  contoh-contoh khusus ini kami tidak menyarankan mereka mewakili 'the ideal' atau hanya itu model bangunan berkelanjutan. Berbagai kemungkinan pendekatan desain yang hijau mungkin ada selain yang dijelaskan. Kedua, kita tidak mempertanyakan manfaat relatif dari masing-masing pendekatan atau bersengketa, masing-masing adalah contoh terpuji desain berkelanjutan.


Groundwork Trust Eco-Centre



Doxford Solar Office



Central Square Office


Kinerja Bangunan

Kinerja fisik telah menjadi isu global dalam beberapa model kontemporer arsitektur berkelanjutan. Hasil utama fokus global ini untuk kesinambungan dalam hal produksi bangunan telah menjadi penekanan yang berlanjut pada peningkatan kinerja fisik pada umumnya dan efisien dalam penggunaan energi pada khususnya.


Mereview Bangunan

Bangunan Groundwork memiliki sejumlah fitur hemat energi: bangunan itu menghasilkan sendiri daya dari turbin angin 80 kW on-site; sebuah pompa panas menyediakan sumber yang efisien untuk pemanasan dan pendinginan, dan penggunaan energi diminimalkan melalui insulasi tingkat tinggi. Sedangkan, Solar Office Doxford menghasilkan kekuatannya sendiri melalui penggabungan dari 'integrasi fotovoltaik fasad' terbesar di Eropa, serta memungkinkan menggunakan pencahayaan dan penghawaan alami. Dan yang terakhir Central Square office development, tidak seperti kedua bangunan lainnya yang baru dibangun. Bangunan ini merupakan pembaharuan dari the old Orchard Street Post Office Sorting Centre yang dibangun pada tahun 1934. Lantai yang baik untuk ketinggian langit-langit dan termal massa konstruksi awalnya telah digunakan sebagai bagian dari strategi bangunan rendah energi.


Dekonstruksi Kinerja

Setelah digarisbawahi bahwa kinerja fisik telah memainkan peranan penting dalam masing-masing perancangan dari tiga gedung, pertanyaan yang tetap ada mengenai sejauh mana karakteristik kinerjanya mungkin mendefinisikan keberlanjutan mereka. Satu masalah asumsi yang dibangun adalah kemungkinan untuk mendefinisikan sebuah set standar berupa target yang dapat relevan dalam konteks apapun. Ini diungkapkan dalam arti bahwa menyoroti cara di mana target standar kinerja tidak selalu sesuai dengan kemungkinan atau bahkan hadir pembatasan di dalam proses pengembangan tertentu.

Jadi, walaupun masing-masing bangunan dapat dinilai sebagai energi efisien yang potensial, ini pasti akan tergantung pada bagaimana mereka digunakan sepanjang umur bangunan tersebut. Meskipun bangunan telah mencapai rating yang sangat baik, secara keseluruhan kinerja akan sangat bergantung pada pilihan penyewa pada instalasi pelayanan bangunan dan cara bagaimana mana mereka memilih untuk menggunakan bangunan. Dalam rangka memahami manfaat dari gedung di istilah lingkungan penting untuk merefleksikan tentang bagaimana dan mengapa isu-isu tertentu telah ditangani dan pada apa prioritas relatif dari isu-isu tersebut ketika dibandingkan dengan masalah desain lainnya.


Ideologi Bangunan

Sekarang lebih luas diakui bahwa keberlanjutan adalah sebuah pertentangan konsep yang terbuka untuk berbagai penafsiran dan, mengingat kenyataan keragaman dalam strategi desain berkelanjutan, bahwa penggunaan nilai-model yang dimaksud dapat memainkan peran penting dalam mengembangkan pemahaman tentang bangunan berkelanjutan, dengan menekankan motivasi tertentu untuk mengatasi isu atau untuk memanfaatkan teknologi tertentu.

Beberapa penulis lain telah mengembangkan model-model ideologi atau sistem klasifikasi untuk menjelaskan perbedaan pendekatan yang jelas dalam perdebatan desain berkelanjutan. Meskipun beragam, perbedaan model-model ini memberikan titik awal yang sama dimana mereka cenderung untuk mengenali perdebatan sifat dalam konsep keberlanjutan maupun kebutuhan untuk mencakup nilai-nilai yang berbeda dari orang-orang yang terlibat dalam proses desain ketika memahami bangunan.


Di Luar Ideologi

Setiap bangunan benar-benar memanfaatkan campuran teknologi tinggi dan rendah dan sumber material secara lokal dan global, dan dalam masing-masing kinerja berbeda menurut sejumlah isu. Kami akan menyarankan bahwa meskipun model ideologis ini dapat memberikan kita beberapa alat analisis yang berguna ketika menafsirkan persaingan konsep desain, mereka juga memiliki keterbatasan ketika diterapkan pada bangunan yang sebenarnya.


Bangunan Hibrid

Jika kita merujuk kembali ke tiga bangunan dan melihat melampaui daftar sederhana dari fitur desain yang telah kita sorot, itu mungkin digunakan untuk mengidentifikasi hubungan dari sebuah nilai dari logika desain berkelanjutan yang tumpang tindih. Pada masing-masing tiga bangunan kita dapat mengidentifikasi berbagai wacana tentang ekologi, efisiensi sumber daya, kesehatan dan estetika lingkungan, tetapi dalam setiap kasus ini telah digabungkan dengan keberagaman ekonomi, komersial, teknis, dan faktor-faktor lokal untuk membentuk strategi desain bangunan final.

Kita bisa menceritakan kisah-kisah serupa tentang berbagai macam isu keberlanjutan pada ketiga bangunan, tetapi penting untuk dicatat di sini bahwa kita tidak hanya menyoroti paradoks desain yang ‘hijau’ atau mempertanyakan apakah ya atau tidak bangunan menjadi contoh baik atau buruk desain berkelanjutan; jelas masing-masing memiliki kelebihan dalam hal lingkungan hidup. Namun, setelah menyoroti konsep desain hibrid mungkin tepat pada titik ini mengapa kita berpikir konsep mungkin berguna dalam membantu kita untuk memahami arsitektur berkelanjutan secara umum atau bangunan ini pada khususnya. Jika kesinambungan itu tentang negosiasi berbagai pilihan maka kita harus memulai untuk melihat bangunan hibrida, praktek material arsitektur hijau, sebagai kesinambungan 'dalam pembuatannya'.


Kesimpulan : Persaingan Jalur Arsitektur Berkelanjutan

Tujuan kami dalam bab ini adalah untuk mengeksplorasi peran bahwa model yang universal mungkin dapat membantu kita untuk memahami keragaman praktek arsitektur berkelanjutan. Kami menyarankan bahwa jika kita serius ingin mempromosikan bangunan hijau kita perlu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih lengkap dari sosial yang kompleks dan proses teknis yang mendukung pengembangan dari perbedaan pandangan ini pada desain lingkungan.

Dalam memahami bangunan hijau, karena itu kita harus peka tidak hanya dengan motivasi yang berbeda dan komitmen dari pelaku, tetapi juga pada berbagai tehnik atau inovasi teknis yang digunakan, berbagai konteks dan pengaturan dimana perkembangan terjadi, dan proses-proses sosial yang terlibat dalam definisi dan redefinisi tentang hakikat masalah lingkungan hidup itu sendiri. Mengadopsi cara ini untuk melihat desain bangunan, kita mungkin lebih baik mengenali sifat hibrida tentang bangunan hijau dan persaingan jalur menuju bangunan berkelanjutan.



BELAJAR ECOTECT


Membuat model sederhana yaitu kamar tidur

Modeling






















































 



Daylight Analysis



Friday, October 16, 2009

PROSES DESAIN BERWAWASAN LINGKUNGAN

 
Konsep Perancangan Berkaitan Dengan Aspek:

  • SOSIAL : 
    • Menerapkan universal design dalam desain bangunan untuk kemudahan akses, misal penggunaan ramp dan lift untuk transportasi vertikal, desain kamar kecil yang baik, dsb 
    • Kenyamanan pengguna diutamakan dalam hal ini adalah mahasiswa, dosen dan karyawan, baik kenyamanan menggunakan ruangan, keselamatan pada bangunan maupun akses, namun tetap dengan konsep hemat energi
  • EKONOMI : 
    • Untuk menekan harga pembangunan, dapat menggunakan arsitek lokal dan juga bahan bangunan lokal berkualitas, juga dalam sistem membangunnya, misal dengan menggunakan sistem precast
    • Penggunaan AC ditekan seminimal mungkin untuk penghematan listrik, misalkan menggunakan sistem otomatis, yang dinyalakan pada saat ruangan digunakan saja 
    • Menggunakan teknologi untuk menghemat air, misalkan dengan sistem sensor pada wastafel, sistem double flush pada kloset 
    • Sistem plumbing didesain dalam satu core dan tidak terpisah – pisah untuk penghematan listrik
  • LINGKUNGAN 
    • Di setiap site, bangunan direncanakan seminimal dan seefektif mungkin menggunakan site, sehingga ruang terbuka dapat dimaksimalkan sebagai area hijau yang luas 
    • Pada bangunannya sendiri, atap diupayakan menggunakan rumput sehingga dapat mendinginkan lantai di bawahnya, serta kulit bangunan juga dilapisi dengan tanaman misal tanaman dalam pot, rambat atau gantung  
    • Memanfaatkan pencahayaan alami semaksimal mungkin di siang hari untuk menghemat penggunaan pencahayaan buatan, kecuali pada kondisi – kondisi tertentu seperti saat cuaca gelap atau terdapat ruangan yang membutuhkan tambahan dari pencahayaan buatan, dengan menggunakan jendela – jendela mati dengan kaca yang lebar 
    • Menyediakan pula jendela yang dapat sedikit dibuka tutup, untuk memasukkan penghawaan alami pada lantai – lantai rendah yang tidak terdapat angin kencang, kebisingan pada lantai – lantai rendah ini dapat dikurangi dengan adanya vegetasi pada site

SUSTAINABLE ARCHITECTURE

SUSTAINABLE ARCHITECTURE (ARSITEKTUR BERKELANJUTAN)


BEBERAPA KONSEP SUSTAINABLE ARCHITECTURE (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

  • Dapat diartikan sebagai arsitektur yang berkelanjutan, yaitu arsitektur bukan semata - mata membuat bangunan yang sekedar indah / sesuai keinginan pemilik / nyaman bagi pengguna saja, tetapi seharusnya memberikan dampak yang baik bagi lingkungan sekitar juga.
  • Sustainable Architecture adalah sebuah konsep terapan dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur.
  • Berbagai konsep dalam arsitektur yang mendukung arsitektur berkelanjutan, antara lain dalam efisiensi penggunaan energi, efisiensi penggunaan lahan, efisisensi penggunaan material, penggunaan teknologi dan material baru, dan manajemen limbah.
  • Proses keberlanjutan arsitektur meliputi keseluruhan siklus masa suatu bangunan, mulai dari proses pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran bangunan. Visi arsitektur berkelanjutan tidak saja dipacu untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (glass houses effect), juga mengandung maksud untuk lebih menekankan pentingnya sisi kualitas dibanding kuantitas ditinjau dari aspek fungsional, lingkungan, kesehatan, kenyamanan, estetika dan nilai tambah.
  • Intinya, sebuah bangunan yang sustainable diharapkan mampu memberikan kenyamanan dan manfaat bagi pengguna, masyarakat sekitar, alam dan aspek - aspek lainnya secara global.







BEBERAPA PENDAPAT TERKAIT ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

  • Menurut Ahmad Tardiyana, permasalahan konstruksi berkelanjutan di Indonesia diantaranya:
    • Kekuatan market dalam profesi arsitektur sangat dominan
    • Sebagian arsitek masih mementingkan “look” daripada “essence”
    • Belum ada kebijakan atau peraturan pemerintah yang mengikat 
    • Rendahnya kesadaran pengembang atau pembangun untuk menerapkan konsep sustainable
    • Minimnya pengenalan isu sustainable architecture dalam dunia pendidikan
  • Eko Prawoto memiliki pemikiran mengenai sustainability sebagai berikut:
    • Bukan tren sesaat yang tengah digemari
    • Bukan sekedar upaya penghematan ekonomi
    • Sustainability terjadi bukan hanya dengan perwujudan artefaknya, namun lebih pada adanya kepercayaan atas nilai-nilai yang mendasarinya, yaitu penghargaan dan pemahaman untuk menjaga keselarasan alam
  • Tantangan implementasi pembangunan berkelanjutan di Indonesia menurut Jimmy Priatman:
    • Kurangnya insentif
    • Keterbatasan riset dan eksperimen
    • Kurangnya kebersamaan visi untuk menyelamatkan lingkungan
    • Keterbatasan sumber daya manusia
    • Keterikatan pada budaya “paling murah” 


PENERAPAN ARSITEKTUR BERKELANJUTAN
  • Dalam efisiensi penggunaan energi :
    • Memanfaatkan sinar matahari untuk pencahayaan alami secara maksimal pada siang hari, untuk mengurangi penggunaan energi listrik.
    • Memanfaatkan penghawaan alami sebagai ganti pengkondisian udara buatan (air conditioner).
    • Menggunakan ventilasi dan bukaan, penghawaan silang, dan cara-cara inovatif lainnya.
  • Dalam efisiensi penggunaan lahan :
    • Menggunakan seperlunya lahan yang ada, tidak semua lahan harus dijadikan bangunan, atau ditutupi dengan bangunan, karena dengan demikian lahan yang ada tidak memiliki cukup lahan hijau dan taman. Menggunakan lahan secara efisien, kompak dan terpadu.
    • Potensi hijau tumbuhan dalam lahan dapat digantikan atau dimaksimalkan dengan berbagai inovasi, misalnya pembuatan atap diatas bangunan (taman atap), taman gantung (dengan menggantung pot-pot tanaman pada sekitar bangunan), pagar tanaman atau yang dapat diisi dengan tanaman, dsb.
    • Menghargai kehadiran tanaman yang ada di lahan, dengan tidak mudah menebang pohon-pohon, sehingga tumbuhan yang ada dapat menjadi bagian untuk berbagi dengan bangunan. 
  • Dalam efisiensi penggunaan material :
    • Memanfaatkan material sisa untuk digunakan juga dalam pembangunan, sehingga tidak membuang material, misalnya kayu sisa dapat digunakan untuk bagian lain bangunan.
    • Memanfaatkan material bekas untuk bangunan, komponen lama yang masih bisa digunakan, misalnya sisa bongkaran bangunan lama.
  • Dalam penggunaan teknologi dan material baru :
    • Memanfaatkan potensi energi terbarukan seperti energi angin, cahaya matahari dan air untuk menghasilkan energi listrik domestik untuk rumah tangga dan bangunan lain secara independen.
    • Memanfaatkan material baru melalui penemuan baru yang secara global dapat membuka kesempatan menggunakan material terbarukan yang cepat diproduksi, murah dan terbuka terhadap inovasi, misalnya bamboo.
    • Pemanfaatan teknologi hemat energi. Contoh: lampu dengan sensor, kloset dengan double flush (flush besar untuk air besar dan flush kecil untuk air kecil - sehingga menghemat pengeluaran air), wastafel dengan sistem sensor / tekan – sehingga menghemat air.
  • Dalam manajemen limbah :
    • Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor (black water, grey water) yang mandiri dan tidak membebani sistem aliran air kota.
    • Cara-cara inovatif yang patut dicoba seperti membuat sistem dekomposisi limbah organik agar terurai secara alami dalam lahan, membuat benda-benda yang biasa menjadi limbah atau sampah domestik dari bahan-bahan yang dapat didaur ulang atau dapat dengan mudah terdekomposisi secara alami.


SUSTAINABLE CONSTRUCTION ASSESSMENT TOOLS (SCAT)

SCAT merupakan alat bantu untuk mengukur dan memberi penilaian apakah sebuah bangunan cukup sustainable atau tidak. Software ini dikembangkan oleh Departemen Sustainable Construction PT Holcim Indonesia Tbk.
Ada 3 indikator utama yang diangkat menjadi isu utama alat bantu ini. Tiap indikator utama tersebut membawahi beberapa sub-point kriteria yang harus diberi penilaian secara kuantitatif.
  • Indikator sosial meliputi:
    • Kenyamanan pengguna bangunan
    • Akses dalam bangunan
    • Kemudahan akses menuju lokasi bangunan
    • Partisipasi dan kontrol
    • Segala hal yang berkaitan dengan kesehatan, pendidikan, dan keselamatan
  •  Indikator ekonomi meliputi:
    • Pendayagunaan komponen lokal demi memajukan pendapatan lokal
    • Efisiensi bangunan
    • Fleksibilitas dalam tata ruang dalam dan luar bangunan
    • Biaya – biaya yang keluar sejak proyek bangunan akan dimulai
    • Alokasi total dana yang dipakai untuk membangun
  • Indikator Lingkungan meliputi:
    • Penggunaan air
    • Penggunaan energi
    • Pengolahan limbah
    • Pemilihan material dan komponen bahan
    • Situasi site




CONTOH BANGUNAN YANG SUSTAINABLE BERDASARKAN SCAT
Grha Wonokoyo, Surabaya




Aspek – aspek sustainable :
  • Sosial
    • Hampir mencakup semua kriteria yang ada, kenyamanan pengguna benar – benar diperhatikan dengan menciptakan bukaan – bukaan yang tinggi (3,75 m) sehingga hanya 1 m area lantai kantor yang tidak terkena cahaya matahari. Pencahayaan alami terbukti meningkatkan tingkat produktivitas kerja. Selain itu, lokasi bangunan berada di daerah strategis sehingga memudahkan pencapaian ke gedung ini dengan transportasi publik.
  • Ekonomi
    • Pemilik grha ini melibatkan kontraktor dan arsitek lokal dalam pembangunannya, serta sebagian besar komponen dan material menggunakan produk lokal.
    • Efisiensi bangunan ditunjukkan melalui tingkat hunian yang tinggi yaitu mencapai 85%, dengan jam operasional 8 jam sehari.
    • Efisiensi berinteraksi juga dipertimbangkan dengan mengalokasikan satu lantai untuk satu divisi.
    • Fleksibilitas ruang ditunjukkan antara lain dengan plafon dengan tinggi lebih dari 3 m, dan tiap lantainya tidak menggunakan partisi permanen sehingga dapat dibongkar dan dengan mudah dialihfungsikan untuk kebutuhan yang lain.
  •  Lingkungan
    • Mematikan AC secara otomatis pada jam istirahat dan pada jam 16.00
    • Pemanfaatan potensi cahaya matahari sebagai penerangan alami pada jam – jam kerja, lampu hanya dinyalakan saat kondisi cuaca ekstrem, misalnya mendung.
    • Dari sisi penghematan air, dilakukan efisiensi system plumbing yang dipusatkan dalam satu area core plumbing.
    • Dampak yang signifikan dari penghematan energi ini adalah running cost bias ditekan sampai 40% jika dibandingkan bangunan – bangunan lain yang berskala hampir sama.



Kesimpulan dari bangunan ini:
  • Nilai akhir SCAT yang dicapai masuk dalam kategori good, bahkan mendekati sempurna, dengan nilai 4,0. Rata – rata untuk tiap poin juga baik, yaitu 4,7 untuk sosial, 4,4 untuk ekonomi, dan 3,0 untuk lingkungan
  • Keberlanjutan jelas menjadi pemikiran yang benar – benar terealisasikan pada bangunan ini.




Sumber : Seri Rumah Ide, ideaonline.co.id dan architecturejournals.wordpress.com

Partners

  • Pengertian Arsitektur Masa Kini - Pengertian Arsitektur Masa Kini Arsitektur harus memenuhi sasaran: - Produk Karya Seni (Estetika/Keindahan) Bangunan harus memenuhi kaidah-kaidah ...
    14 years ago
  • Temporary Shelter - Hunian Sementara Berkonsep Green Building Gempa Padang Gempa berkekuatan 7,6 SR, pada hari Rabu 30 September 2009 tepat pada pukul 17.16 WIB melanda Sum...
    15 years ago
  • Temporary Shelter - Hunian Sementara Pasca Gempa Padang (Temporary Shelter) Beberapa pertimbangan pembangunan hunian sementara (temporary shelter) adalah sebagai berikut: 1. ...
    15 years ago
  • ARAH KEBIJAKAN PERANCANGAN KOTA - *ARAH KEBIJAKAN PERANCANGAN KOTA* Konsep Dasar, kerangka kerja dan Sasaran bangunan berkelanjutan Timothy Moss, Adriaan Slob dan Walter Vermeulen Tuju...
    15 years ago